Li Tu Tu
- Choreographer : Ayu Permata Sari
- Dancer : Ghalib Muhammad, Nurrachma Dinda Chairani, Ayu Permata Sari
- video link: Li Tu Tu
- Dance movie version : https://www.youtube.com/watch?v=NyICg3mWths
The concept of the work is:
(English is below)
Karya Li Tu Tu merupakan representasi dan metode kritis dalam membaca peran dan posisi laki-laki dan perempuan di suku Semendo, Lampung Utara (suku ini berasal dari Sumatra Selatan). Dalam suku Semendo perempuan memiliki power yang sangat besar bahkan pusat dari sebuah rumah atau keluarga. Anak perempuan pertama dalam keluarga memiliki gelar atau peran sebagai Tunggu Tubang. Tunggu Tubang merupakan peran perempuan yang memiliki tanggung jawab penuh dalam mengelola harta keluarga, memberi keputusan besar dalam keluarga, juga sebagai tempat pulang kepada keluarga yang berpergian.
Di Indonesia sendiri, terdapat perspektif
bahwasannya ruang domestik adalah ruang untuk perempuan dan ruang publik adalah
ruang untuk laki-laki. Tunggu Tubang memiliki kekuasaan pada ruang-ruang
domestik, namun sebagai koreografer saya mengkritisi posisi ini, apakah peran
dan tanggung jawab perempuan Tunggu Tubang sebuah power dan posisi besar untuk
perempuan, atau salah satu cara menahan (memenjarai) posisi perempuan untuk
keluar dari ruang domestik itu sendiri?
Karya Li Tu Tu menawarkan refleksi untuk siapa saja,
dalam melihat posisi laki-laki dan perempuan di zaman sekarang. Karya Litutu
juga menggunakan tari Kuadai yang merupakan tari tradisi asal suku Semendo yang
ditarikan oleh perempuan, tari Kuadai sebagai material utama dalam penggarapan
koreografi serta artistik karya Li Tu Tu.
________
Li Tu Tu's work is a representation and critical method in reading the roles and positions of men and women in the Semendo tribe, North Lampung (this tribe originated from South Sumatra). In the Semendo tribe, women have enormous power and even become the center of a house or family. The first daughter in the family has the title or role of Tunggu Tubang. Tunggu Tubang is the role of a woman who has full responsibility in managing family assets, making major decisions in the family, as well as a place to go home for families who migrate.
In Indonesia, there is a perspective that domestic
space is for women and public space is for men. Tunggu Tubang has power in the
domestic space, but as a choreographer I criticize this position, are the roles
and responsibilities of women in Tunggu Tubang a great power and position for
women, or is it a way to hold (imprison) the position of women to get out of
the domestic space itself?
Li Tu Tu's work offers reflections for anyone, in
seeing the position of men and women in today's world. Litutu's work also uses
Kuadai dance, which is a traditional dance from the Semendo tribe danced by
women, Kuadai dance as the main material in the choreographic and artistic
development of Li Tu Tu.
The Photos by Hoshi Photography:
Li Tu Tu Has been performed at:
- Independent Performance by Ayu Permata Dance Proejct,Yogyakarta 2018
- Durational Art,
Titik Nol KM Yogyakarta, 2019
- Artjog 2019
- Setouchi Trinnale, Shodoshima, Jepang. 2019
- Independent Performance Ayu Permata Dance Project, Lampung 2019
- On Stage Studio
Plesungan, Solo. 2019
- Indonesia Dance
Festival. 2020
Related posts of Li Tu Tu:
- Rene Sari Wulan :
https://gelaran.id/li-tu-tu-peristiwa-estetis/
-Michael HB Raditya:
https://www.teraseni.id/2018/10/hubungan-pecah-semudah-pecah-belah.html
- Razan Wirjosandjojo
0 comments:
Post a Comment