Li Tu Tu

 Li Tu Tu

 The concept of the work is: 

(English is below)

Karya Li Tu Tu merupakan representasi dan metode kritis dalam membaca peran dan posisi laki-laki dan perempuan di suku Semendo, Lampung Utara (suku ini berasal dari Sumatra Selatan). Dalam suku Semendo perempuan memiliki power yang sangat besar bahkan pusat dari sebuah rumah atau keluarga. Anak perempuan pertama dalam keluarga memiliki gelar atau peran sebagai Tunggu Tubang. Tunggu Tubang merupakan peran perempuan yang memiliki tanggung jawab penuh dalam mengelola harta keluarga, memberi keputusan besar dalam keluarga, juga sebagai tempat pulang kepada keluarga yang berpergian.

Di Indonesia sendiri, terdapat perspektif bahwasannya ruang domestik adalah ruang untuk perempuan dan ruang publik adalah ruang untuk laki-laki. Tunggu Tubang memiliki kekuasaan pada ruang-ruang domestik, namun sebagai koreografer saya mengkritisi posisi ini, apakah peran dan tanggung jawab perempuan Tunggu Tubang sebuah power dan posisi besar untuk perempuan, atau salah satu cara menahan (memenjarai) posisi perempuan untuk keluar dari ruang domestik itu sendiri?

Karya Li Tu Tu menawarkan refleksi untuk siapa saja, dalam melihat posisi laki-laki dan perempuan di zaman sekarang. Karya Litutu juga menggunakan tari Kuadai yang merupakan tari tradisi asal suku Semendo yang ditarikan oleh perempuan, tari Kuadai sebagai material utama dalam penggarapan koreografi serta artistik karya Li Tu Tu.

________

Li Tu Tu's work is a representation and critical method in reading the roles and positions of men and women in the Semendo tribe, North Lampung (this tribe originated from South Sumatra). In the Semendo tribe, women have enormous power and even become the center of a house or family. The first daughter in the family has the title or role of Tunggu Tubang. Tunggu Tubang is the role of a woman who has full responsibility in managing family assets, making major decisions in the family, as well as a place to go home for families who migrate.

In Indonesia, there is a perspective that domestic space is for women and public space is for men. Tunggu Tubang has power in the domestic space, but as a choreographer I criticize this position, are the roles and responsibilities of women in Tunggu Tubang a great power and position for women, or is it a way to hold (imprison) the position of women to get out of the domestic space itself?

Li Tu Tu's work offers reflections for anyone, in seeing the position of men and women in today's world. Litutu's work also uses Kuadai dance, which is a traditional dance from the Semendo tribe danced by women, Kuadai dance as the main material in the choreographic and artistic development of Li Tu Tu.


The Photos by Hoshi Photography:


Li Tu Tu Has been performed at:

- Independent Performance by Ayu Permata Dance Proejct,Yogyakarta 2018

- Durational Art, Titik Nol KM Yogyakarta, 2019

- Artjog 2019

Setouchi Trinnale, Shodoshima, Jepang. 2019

- Independent Performance Ayu Permata Dance Project, Lampung 2019

- On Stage Studio Plesungan, Solo. 2019

- Indonesia Dance Festival. 2020


Related posts of Li Tu Tu:

- Rene Sari Wulan :

https://gelaran.id/li-tu-tu-peristiwa-estetis/

-Michael HB Raditya:

https://www.teraseni.id/2018/10/hubungan-pecah-semudah-pecah-belah.html

- Razan Wirjosandjojo

https://rznwirjosandjojo.wixsite.com/home/post/li-tu-tu-di-indonesian-dance-festival-2020-transaksi-karya-panggung-dengan-platform-virtual

Share:

0 comments:

Post a Comment